CHAPTER 3
Author POV
Setelah bangun pada paginya,mata Yoona terlihat begitu
bengkak. Dia mengompres matanya. Karena hari ini dia harus menghadiri sebuah
jadwal pemotretan, tidak mungkin dia berpenampilan seperti ini. Saat dia duduk
dan merebahkan tubuhnya di sofa dan mulai mengopres matanya, seohyun datang
menghampirinya.
“Unie gwenchanna?” Tanya seohyun. Dia sudah berdandan cantik
dan siap berangkat untuk mengisi sebuah acara musik bersama Taeyeon dan
Tiffany. *udah pada tau kali ya kenapa mereka cuma bertiga*
Belum sempat Yoona menjawab, Taeyeon dan Tiffany mengajak
Seohyun untuk berangkat dan berpamitan. Saat mereka berlalu, Yoona beranjak
dari sofa dan mengambil handuknya lalu masuk ke kamar mandi. Yoona menatap
wajahnya yang tampak sangat kacau di cermin wastafle. Belum sempat dia
menggosok giginya, pintu di ketuk dengan keras. “Yoona palli!!! Hari ini aku
ada schedule.” Teriak Sunny.
“Aku baru masuk Unie.”
Jawabku.
“Aku dulu saja yang mandi. Mandi mu sangat lelet.”
Yoona pun keluar dan mengalah untuk Unienya. Dia tau dia
pasti akan dimarahi seperti kemarin. Dia tidak ingin membuat hari ini rusak
karena hari ini adalah hari special.
Setelah tiba giliran Yoona untuk mandi, dia pun masuk dan
mandi dengan cepat. Bergegas karena dia sudah hampir telat. Setelah berpakaian,
dia segera pergi. Dia langsung melesat keluar dorm tanpa berpamitan pada
unienya.
Flashback End~
Setelah pemotretan selesai, Yoona membereskan
barang-barangnya di ruang rias dan segera berlalu. Dia sebenarnya tidak ingin
pulang ke dorm. Betapa seperti nerakanya disana. Dan betapa memuakkannya. Namun
pasti mobil manager sudah menunggu di luar.
Saat dia sampai diluar gedung, mobil manager sudah menunggu
di tempat parkir. Yoona menghampirinya dan masuk tanpa berbicara apapun pada
managernya yang menunggu di luar mobil. Di perjalanan pun dia hanya diam
seperti saat dia berangkat tadi pagi.
Akhirnya dia sampai di dorm. Dia membuka pintu dan melepas
alas kaki dan menggantinya dengan yang biasa dipakai untuk di dalam dorm.
“Aku pulang.” Ucap Yoona namun tak ada sahutan dari dalam.
Di dalam sangat gelap, padahal hari masih siang. Dia pun
masuk ke dalam dengan mengendap-ngendap. Saat dia berada di ruang tengah,
terdengar Taeyeon dan Jessica menyanyikan sebuah lagu dari dalam kamar dan
perlahan pintu kamar pun terbuka.
Geuraeyeo nan neol saranghae eonjena mideo
Kkumdo yeoljeongdo da jugo sipeo
Nan geudae sowoneul irwojugo sipeun
Haengunui yeosein
Sowoneul malhaebwa! (I’m genie for you, girl)
Sowoneul malhaebwa! (I’m genie for your wish)
Sowoneul malhaebwa! (I’m genie for your dream)
Naegeman malhaebwa! (I’m genie for your world)
Yoona tak dapat menyembunyikan keterkejutannya. Dia melihat
Yuri membawa sebuah cake besar yang ditengahnya terdapat lilin berbentuk angka
23. Di belakang nya para member terus menyanyikan lagu Tell me Your Wish
setelah Taeyeon dan Jessica selesai menyanyikan bagiannya. Lagu pun diakhiri
teriakan ”Sowoneul malhaebwa!” oleh semua member.
“SAENGIL CHUKKA HAMNIDA IM YOONA!!!!!” teriak semua member.
Yoona menutup mulutnya dan tak kuasa menahan air mata haru.
Dia tak mampu berkata apapun. Semua member pun memeluknya (red : kecuali Yuri.
Dia kan bawa kue) dan meminta maaf atas kejadian kemarin. Mereka pun
menjelaskan bahwa mereka kemarin sedang memainkan drama untuknya.
“Lalu Taecyeon oppa?” tanyanya pada Jessica yang dia jawab
dengan senyuman dan anggukan. “Dia pun terlibat dalam ini, Yoona.” lanjutnya
kemudian.
Lalu Taecyeon muncul dibalik pintu kamar. Dia tersenyum dan
menarik Yoona ke dalam pelukkannya. “Saengil chukka, chagiya.” Bisik Taecyeon
diiringi tepuk tangan dan sorak dari para member.
“Sekarang tiup lilinnya!!” ucap Yuri yang terlihat sudah
pegal memegangnya terus-menerus. “Tapi sebelumnya make a wish dulu.”
Yoona pun menundukkan kepalanya untuk membuat harapan lalu
meniup lilin. Setelah itu dia memotong kue dan memberikan potongan pertama itu
pada Taecyeon.
“Gomawo chagiya, tapi aku tak membawa apapun untukmu.”
“Gwenchana oppa, kau datang kesini pun aku sudah senang.”
Jawab Yoona dan tersenyum. Taecyeon pun mengacak-acak rambut Yoona dengan penuh
kasih sayang.
“Chaaaa… kita makan kuenya!!!!” teriak Sooyoung dengan tidak
sabar.
“Yakk!! Biarkan Yoona
yang memakannya.” Timpal Hyoyeon.
“Ani, kita makan bersama Unie.” Jawab Yoona.
Mereka pun berkumpul menegelilingi kue di ruang tengah. Beberapa
pergi ke dapur untuk membawa makanan yang mereka siapkan untuk pesta ini. Tawa
dan canda menyelimuti dorm SNSD hari itu.
Waktu terus berlalu. Tapi mereka masih tetap bersenda gurau
walaupun hari hampir larut.
“Yoona bisa ikut aku sebentar?” Tanya Taecyeon saat member
lain sibuk memakan hidangan itu.
“Wae oppa?”
Namun Taecyeon tidak menjawab dan membawanya keluar dorm.
“Oppa kau mau bawa aku kemana?” tapi tetap Taecyeon tak menjawabnya. Taecyeon
membukakan pintu mobil untuk Yoona tapi Yoona bertahan di tempatnya.
“Masuklah!” Taecyeon menarik tangan Yoona.
“Shiroo!” jawab Yoona dan tetap mempertahankan posisinya.
Lalu Taecyeon menggendong Yoona dan mendudukkannya di kursi
mobil.
“Yakk Oppa!! Kau menculikku.” Tuduh Yoona.
“Aku memang menculikmu dan aku tak peduli.” Jawabnya.
“Oppaaaa?!”
Namun Taecyeon hanya menyeringai dan melajukannya mobilnya.
Author POV End
Yoona POV
Mobil Oppa berhenti di sebuah gedung tinggi yang sepi. Aku
menatap gedung itu dengan heran dan menatap Taecyeon Oppa dengan tatapan ‘apa
ini?’.
Namun oppa turun dari mobil dan membukakan pintu untukku. Dia
menggenggam tanganku dan mengajakku masuk. Aku hanya mengikutinya.
Saat pintu terbuka, didalam gedung itu gelap. Dan saat itu
pun aku mulai dilanda rasa takut. Memang aku dan oppa sudah berhubungan selama
1 tahun. Tapi aku merasa curiga sekarang. Dan sekarang oppa melepaskan
tangannya dan berlalu. Aku tak bisa melihat kemana dia pergi dan apa yang ada
disekitarku sekarang.
“Oppa sungguh ini tidak lucu. Aku takut Oppa!”
Namun tak ada jawaban. Lalu aku melangkah. Tiba-tiba jalanan
yang aku pijak disorot lampu dari kiri dan kanan bawah . Setiap aku berjalan
lampu di sisi jalan ku pun menyala. Selain lampu, sisi jalan ini pun dihiasi
kepingan bunga mawar.
Akhirnya aku sampai diujung jalan. Disana terdapat panggung
yang tertutup oleh tirai merah. Lalu tirai perlahan terbuka dan terdengar
seseorang memainkan piano.
Honey you are my valentine
Eonjekkajina neoneun neoei sarang
Honey you are my valentine
Neoneun nal tteonatjiman
Geuraedo nae sarang
Aku berjalan menaiki tangga menuju panggung dan menghampiri
Taecyeon oppa yang terus memainkan piano. Dia pun menatapku dan tersenyum lalu
melanjutkan permainannya. Aku tak menyangka jika aku akan mendapat kejutan seperti
ini. Aku sangat tersentuh. Aku pun duduk di samping oppa dan menatapnya yang
tengah sibuk memainkan piano. Saat part nya untuk me-rapp aku tak bisa menahan
tawaku. Itu terdengar aneh sekali ketika oppa memainkan piano dan mulutnya
sibuk menyanyi part itu.
“Wae??” oppa memberhentikkan permainannya.
“Ani, kau terlihat lucu. Tangan mu sibuk memainkan piano dan
mulutmu sibuk menyanyi dengan cepat.”
“Aku berusaha untuk romantis dan kau menganggap ini lucu?”
Aku menahan tawa ku dan dia menekan tuts piano secara
bersamaan. Menunjukkan amarahnya.
“Wae oppa? Mengapa kau baerhenti? Lanjutkan oppa!” rengekku.
“Shiro!” jawabnya singkat dan memalingkan wajahnya.
“Aishh!!” lalu aku memainkan sebuah lagu dan dia pun berbalik
mengikuti ku bemain piano.
Saat kami selesai memainkannya. Taecyeon oppa menarikku
berdiri dan membawaku menuju lantai atas. Kami menggunakan lift karena gedung
ini lumayan tinggi.
Kami sampai di lantai paling atas dan dia terus menarikku
menaiki tangga menuju atap gedung. Di atap gedung aku melihat sebuah meja dan
dua kursi bersebrangan. Di atas meja itu
terdapat hidangan dan lilin di tengahnya. Sedangkan sekeliling lantai di
hiasi kepingan bunga mawar lagi namun lebih banyak.
“Oppaaaa!!!” sahut ku takjub. Melihat suasana ini, di bawah
langit malam berhias bintang-bintang.
“Wae? Ini lucu?” tanyanya sambil menarik kursi untukku.
Aku hanya tersenyum dan duduk. Lalu kami menyantap hidangan
yang disiapkan di sinari cahaya lilin yang di tutup sebuah kaca agar tidak
padam. Kami berbincang diiringi angin malam yang menyegarkan. Lalu Taecyeon
oppa menyuruhku menoleh kebelakang. Saat aku menoleh kebelakang, susunan lampu
bertuliskan ‘Would You Marry Me?’ menyala dan disampingnya terdapat fotoku
berukuran besar. Karena terpana, aku tak menyadari kalau oppa sudah berlutut di
hadapan ku dengan kotak cincin di tangannya.
“Oppaaa” aku tak dapat berkata apa-apa.
“Apa jawaban mu?”
“Ne oppa. Aku mau jadi istrimu.” Jawabku dan tersenyum
bahagia.
Lalu oppa memelukku dan mengangkatku. Tapi sebetulnya
kami tak ingin segera menikah. Kami
merencanakan untuk bertunangan saja dulu.
~The end~